Arnold Bela, Foto: Dok Pribadi |
Selamat berjumpa ayah. Berharap
ayah baik-baik dan sehat-sehat saja disana. Ayah, sudah 9 tahun kita tidak
Natal besama. Bahkan semenjak kepergianmu ke dunia kedua pada lima tahun yang
lalu membuat saya harus ada perasaan iri kepada mereka yang masih mendapat
kasih sayang dari ayah mereka di saat-saat seperti ini.
Ayah, hanya aku ingin sampaikan
selamat Natal untuk Ayah. Saya menulis sepangkal surat yang berisikan sederetan
hufuf dan kalimat yang menyatu dan membentuk sebuah paragraf yang punya makna
dan arti.
Ayah,
jujur dari hatiku yang paling dalam, Saya rindu Bapak. Jadinya saya teringat
Natal terakhir bersama Ayah di tahun 2006 di dusun tercinta.
Dimana pada tahun 2006 itu Natal terakhir yang saya rayakan bersama keluarga disana. Di kampung tempat saya dilahirkan oleh bunda tercinta dan dibesarkan dalam kasih sayang dari Ayah dan Ibu terkasih.
Saat ini,
saya merayakan natal sendiri di tempat ini. Di Jayapura. Di rantauan. Rasanya
piluh hati ini. Rasanya malas. Bahkan iri hati. Karena tak merayakan Natal
bersama dengan semua orang yang saya kasihi dan cintai.
Sebab, di
dunia ini hanya Ayah dan Ibu yang paling saya cintai, kasihi dan sayangi. Sebab
Ayah dan Ibu adalah orang hebat yang Tuhan kirim untuk saya agar saya ada
dititipkan oleh Yang Maha Kuasa kepada Ayah dan Ibu agar dibesarkan dan di
lestarikan dalam kasih sayang Ayah dan Ibu sebagai orang tua saya. Satu hal
yang harus saya akui, Ayah dan Ibu adalah orang hebat di belahan bumi ini untuk
saya.
Ayah, sejujurnya
saya ingin agar Ayah bersama-sama dengan saya mala mini merayakan maalam kudus
bersama serta bersenang-senang serta bergembira karena Kristus sang juru
selamat datang ke dunia.
Untuk
itu, Ayah saya mohon maaf karena saya belum sempat ucapkan selamat dan meminta
maaf atas segala perbuatan saya yang membuat dirimu marah, kecewa, sedih bahkan
sampai jengkel dan membuat ayah harus pukul saya atas kelalaian saya.
Demi
semuanya itu, di hari Natal yang bahagia ini dengan rendah hati saya memohon
pengampunan dan meminta maaf pada engak, Ayah.
Terakhir,
saya ingin bertemu dan berbicara sepuas mungkin. Apaka itu bisa terjadi? Apakah
Ayah bersedia?
Walaupaun
engkau di dunia yang beda dengan saya saat ini, saya ingin sampaikan dan
ucapkan “SELAMAT NATAL UNTUKMU AYAH TERKASIH”.
Barangkali
hanya ucapan itu yang bisa saya lantunkan untukmu, Ayah. Berharap engkau
membaca surat ini.
Meskipun
Ayah sudah tiada di dunia ini, saya percaya bahwa jika akhiratku tiba, saya
akan bertemu dengan Ayah dan saling bercanda serta bergurau bersam sambil
saling membagikan cerita-cerita gila di dunia ini, kelak. ( Arnold Belau)
Untuk Ayah Tercinta di Surga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kawan, Tinggalkan ko pu Komentar Disini.....