Rabu, 23 November 2011

Pesawat Susi Air Tabrak Gunung Bula di Intan Jaya

Pesawat susui air yang melayani daerah papua khususnya daerah pegunungan papua, menabarak gunung Bula di kabupaten Intan Jaya. Dua bulan yang lalu pesawat Susi Air jatuh di Yahukimo, kawasan distrik Pesema, maka kali ini (rabu 23/11) giliran pesawat Susi Air jenis Caravan menabrak gunung Bula di Kampung bilogai distrik Sugapa, kabupaten Intan Jaya, Papua.

Akibatnya setelah pesawat ini hancur dan juga mengakibatkan copilot bernama Capten Albert Citores berasal dari negara Spanyol tewas. Sedangkan pilotnya yang bernama Jesse Beker berkewarganegaraan New Zealand sedang dalam keadaan kritis dan sedang dirawat RSUD Siriwini, Nabire

Berdasarkan data dari berbagai sumber, pesawat Susi Air menabrak gunung itu berawal bermula ketika, pesawat Susi Air take off dari bandara Nabire sekitar pukul 08.45 WP menuju ke bandara Sugapa kabupaten Intan Jaya dengan Membawa bahan makanan. Kemudian sekitar pukul 09.45 WP, pesawat akan landing (mendarat) di bandara sugapa kabupaten intan Jaya, Namun karena ada warga yang melintas di landasan pacu bandara, sehingga pesawat itu akhirnya berusaha terbang kembali dan tidak lama kemudian pesawat menabrak gunung bula dan jatuh di kebun warga, tepatnya di kampung Bilogai Distrik Sugapa Kabupaten Intan Jaya Papua.
Arnold)*

Selasa, 22 November 2011

Romo Tito Motivatorku


Romo Tito adalah motivator dalam hidup saya. Ia adalah orang paling berjasa dalam hidup saya. Seandainya tidak ada Romo Tito di SMA Adhi Luhur Nabire, mungkin saya sudah putus sekolah dari SMA kelas x (satu). Beliau adalah guruku. Beliau adalah orangtuaku. Beliau adalah motivatorku. Beliau adalah orang yang paling berjasa dalam hidup saya. Banyak sekali perjuangan yang beliau tempuh hanya untuk diriku.

Saya mengenal Romo Tito ketika saya menjadi siswa Adhi Luhur pertengahan tahun 2007. Awalnya saya kurang dekat dengan Romo. Kurang lebih selama enam bulan bahkan lebih dari itu saya diserang oleh malaria. Saati itu saya tinggal di Asrama Teruna Karsa, asrama milik Yayasan dan asramanya tidak jauh dari sekolah. Saat itu Romo menjadi moderator di sekolah sekaligus menjadi rector asrama teruna karsa. Saat itu saya benar-benar tidak bias bertahan lagi untuk sekolah karena malaria menyerang saya, sehingga untuk konsentrasi pada kegiatan-kegiatan di sekolah dan asram sangat susah yang hanya bisa bergulat dengan malaria.
Saya terus berjuang mancari jalan keluar untuk sembuh dari malaria yang terus menyerang saya. Saat itu saya tidka jalan sendirian. Romo selalu menjadi pendorong. Romo selalu berusaha agar saya mendapatkan pendidikan formal disekolah agar tidak ketinggalan dari teman-teman saya yang lain.
Meskipun saya sedang sakit, saya selalu berusaha untuk pergi ke sekolah dengan mengenakan jacket yang besar, jacket itu pemberian pak Aggiat guru Seni semester satu saat saya kelas X (satu) di Adhi Luhur. Samapi disekolah untuk mendapatkan penjelasan dari guru tetapi kadang-kadang saya harus pulang karena malaria menyerang saya. Saya tidak langsung pulang ke asrama tetapi Romo beritahu saya supaya pergi ke Klinik Santo Rafael di bukit meriam. Setiap kali berobat di klinik santo Rafael, perawat dan dokter selalu katakan tidak usa bayar biaya pengobatan karena Romo Tito sudah bayar. saya tidak tahu usaha Romo dan saya selalu berfikir dan bertanya dalam diri saya, Romo itu siapa dan saya ini siapa sehingga Romo peduli terhadap saya?
Saat saya hendak pindah sekolah ke intan jaya karena kesehatan tidak menjamin syaa untuk bertahan di adhi luhur. Pada saat saya bersama orang tua wali saya ke sekolah untuk memintah surat pindah Pak Jhon dan Romo Tito mengatakan tidak usah pindah sekolah, lihat perkemangan dulu. Masih terukir dalam hati dan pikiran saya, Romo pernah mengatakan pada saya saat saya hendak pindah “Belau…..ko tidak usa pindah dulu, nanti lihat perkembangan lagi barang dua atau tiga minggu kedepa, kalo memang tidak bisa barulah kamu boleh pindah sekolah” sedangkan big boss Pak Jhon pernah mengatakan “Arnold kamu jangan pindah, saya rasa keberatan kalo ko pindah dari adhi luhur karena saya kwatir ko tidak dapat pendidikan seperti di adhi luhur”. Akhirnya saya dan orang tua wali saya menyetujuinya. Lalu memilih untuk tinggal beberapa minggu d Adhi Luhur sambil mengikuti dan melihat perkembangan. Agar jika tidak ada perubahan pilihannya adalah pindah sekolah tetapi jika ada perubahan pilahannya masih tetap di Adhi Luhur.
Wah……ternyata setelah dua minggu lewat, ada perubahan bersar. Perubahannya adalah sembuh sakit meskipun tidak 100%. Dan ini saya sangat kaget. Itu mukzijat (dalam hati). Pak Jhon dan Romo luar biasa, kedua beliau hanya menyuruh saya untuk tinggal lalu sakit sembuh ini luar bisa sekali. Akhirnya saya tidak jadi pindah sekolah dan saya masih tetap Adhi Luhur.
Setelah naik ke kelas XI (dua), orang tua saya sedang kewalahan utnuk membiayai pendidika saya karena kakak saya sudah mau wisudah sehingga orang lebih memperhatikan kakak saya dari pada saya, sehingga saya selalu berfikir dan berfikir apakah saya masih bisa bertahan di Adhi Luhur apa tidak? Dari situ semangat saya untuk belajar makin kurang karena fikiran. Saat itu saya selalu berdoa terus menerus agar saya diberi jalan keluar.
Saat itu Romo minta saya untuk buat e-mail saya. Saya tidak tahu maksud Romo. Untuk mengoperasikan computer saja masih tidak bisa (saat itu) lalu Romo bilang saya harus buat e-mail. Dengan percaya diri saya membuat e-mail di google. Romo bantu saya membuat e-mail dan akhrinya jadi juga. Habis itu dua teman saya juga diminta oleh Romo untuk buat e-mail tapi yang bantu damping kedua teman saya itu adalah saya sehingga meskipun saya tidak tahu saya mencoba mendampigi kedua teman dan pada akhirnya e-mail kedua teman saya jadi juga. Mereka adalah Agustian Tatogo dan Maria M Kudiai. Romo katakan kalian dapat beasiswa dari PKKA (Perksekutuan Kasih Kristus Arizona). Mendengar itu ya heran terdiam, dan kaget (tanda gembira) saya tidak berkata-kata lagi selain bersyukur pada Tuhan yang sudah mengabulkan doa saya melalui Romo. Dan saya bilang pada Romo, terimaksih banyak Romo. Dari beasiswa itu saya terima selama dua tahun dan seama dua tahun uang sekolah saya di bayar dari beasiswa itu sehingga bebab orang tua saya jadi ringan. Dan akhirnya saya bertahan di Adhi Luhur sampai selesai. Terimaksih banyak Romo. Romo adalah orang yang paling berjasa dalam hidup saya.
Romo Tito benar-benar mencintai anak-anak papua. Romo benar-benar orang yang sangat prihatin dengan pendidikan di papua. Romo Tito adalah Orang yang sangat Luar Biasa. Tak ada satupun yang bisa kubalas Romo, selain saya berdoa kepada Tuhan agar Romo selalu diberi umur yang panjang, kesehatan yang baik dan sukses dalam melayani Tuhan.


Arnoldus Belau

Senin, 21 November 2011

Adakah Pendidikan Gratis di Indonesia

Pendidikan gratis yang di rancangkan oleh pemerintah Indonesia dari pusat sampai dengan tingkat daerah kini hanya tinggal mimpi. Pendidikan gratis itu hanya mimpi siang para elit negara. Jika kita lihat di lapangan temapat berlangsungnya pendidikan yaitu sekolah-sekolah dan kampus di Indonesia, tidak ada sekolah yang gratis alias bebas biaya. Pendidikan di Indonesia 100% bukan pendidikan gratis. Karena disetip jenjang pendidikan baik Pendidikan Dasar, Menengah Pertama, Menengah Atas dan Perguruan Tinggi baik perguruan tinggi Negeri maupun Pertuguruan Tinggi Swasta di Indonesia yang gratis. Jika pendidikan gratis yang dicanangkan oleh pemerintah itu dapat dilaksanakan di Indonesia maka percaya atau tidak percaya tidak akan ada lagi anak-anak yang nganggur dan tidak akan ada lagi orang yang tidak bersekolah. Tetapi kita tahu sekarang bahwa pendidikan gratis yang dicanangakan itu kita bisa katakan bahwa janji bohong sehingga pemerintah yang selalu berbicara pendidikan gratis itu adalah Pembohong.

Sejauh ini tidak ada pendidikan yang gratis di Indonesia. Pendidikan grtis susah terwujud karena pemerintah di birokrasi pendidikan mengeluarkan pernyataan yang sebetulnya belum waktunya untuk dilaksanakan pendidikan gratis sehingga pendidikan gratis tidak pernah terwujud sampai saat ini. Dilain sisi dana pendidikan kurang memadai sehingga penidikan gratis sulit untuk terwujud. Kita mengetahui bahwa dari dana APBN itu ada sekitar 20 persen dialokasikan untuk pendidikan, namun dari dana itu sebagiannya digunakan untuk membayar gaji para tenaga pendidik (guru). Begitu juga dengan dana bantuan operasional sekolah (BOS), belum menjamin mewujudkan pendidikan gratis. Buktinya, masih ada pungutan terhadap anak didik yang dilakukan komite sekolah. Sebenarnya pendidikan merupakan sector terpenting yang harus diperhatiakan serius oleh pemerintah karena semakin berkualitas pednidikan semakin berkulitas juga derajat manusia di negara ini. Pendidikan harus diperhatikan dengan serius oleh pemerintah demi terwujudnya pendidikan gratis. Ini juga merupakan proses menuju bebasnya buta aksara di Indonesia.

Arnold Belau)*