Andy Tagihuma : Foto Ist |
Nama Hollandia diresmikan Kapten KNIL FJP Sachse pada 7 Maret 1910 yang
menandai pembangunan perumahan dan tempat kerja; pos di Pulau Debi
kemudian ditutup dan dipindahkan ke Hollandia.
SEJAK berabad-abad yang lalu
Tabi yang berada di bibir lautan Pasifik dengan pemandangan indah panorama alam
yang berbukit-bukit mengundang para pelaut yang melewati utara Papua untuk
singgah sejenak. Keindahan Tanah Tabi itu tercatat dalam penggalan catatan
harian Pdt. Bink, “Semua musafir yang mengunjungi Teluk Yotefarau Menyatakan
kagum akan keindahan alamnya…kesan yang sama telah saya dapatkan tahun yang
lalu, ketika mengadakan kunjungan yang singkat. Dan kini, setelah memasuki
teluk itu dan kemudian dari dekat berkenalan dengan bagian dalamnya, saya harus
mengatakan, “Ya, benar Teluk Yotefarau dan terutama teluk bagian dalamnya,
menyajikan pemandangan yang indah.”
Para pelaut Eropa yang melakukan ekspedisi ke
Samudera Hindia, dan melewati Papua di antaranya, Jorge de Meneses pada 1524,
Alvaro Saavedra 1528, Grijalva Y Alvarado 1537, Inigo Ortiz de Retes 1545. De
Reteslah yang memberikan nana Nova Guinea. Namun khusus untuk Tanah Tabi,
pelayar berkebangsaan Prancic Louis Antonie Baron de Bougainville tiba pada
1768.
Saat memasuki Teluk Imbi, tampaklah Gunung Dafonsoro yang tinggi menjulang dan tampak angker, Bougainville lalu menamakannya Cyclop yang di ambilnya dari epik Yunani yang mengisahkan tentang Cyclops sebagai anak Gaia (Bumi) dan Uranus (langit). Cyclops memiliki tiga saudara yang bekerja sebagai pandai besi untuk Dewa Olympia, pembuat halilintar untuk Dewa Zeus, dan pembuat Trisula untuk Dewa Poseidon.
Seorang pelaut bangsa Prancis Jules
Sebastian Cesar Dumond d'Urville tiba di Teluk Imbi pada 12 Agustus 1827 dangan
kapal layarnya yang bernama Astrolabe. Ia masuk dan berlabuh di Teluk Imbi.
Dumond d'Urville manamakan teluk yang indah ini, Humboldtbaai sebagai
penggharggan pada FH Alexander Baron von Humboldt yang terkenal dalam
perjalanan di tahun 1799-1805 melalui Amerika Selatan-Tengah.
Willem Doherty, seorang peneliti jenis-jenis
hewan berkebangsaan Inggris menyinggahi teluk Humboldt pada 1892. Ia melakukan
perjalanan ke Danau Sentani dan membuat catatan tetang beberapa jenis hewan di
sekitar Danau Sentani. Di tahun berikutnya, 1893, G.L. Bink, seorang
mmisionaris, tiba di Metu Debi, selama hampir tiga bulan. Ia melakukan
observasi dan perjalanan ke Danau Sentani.
J.M. Dumas, seorang pedagang, tiba di Metu Debi
pada 1900. Ia kemudian membuka dagangannya dan menetap di pulau Debi. Dumas
menerima burung cenderawasih yang sudah di diawetkan. Selama 1900-an, hampir
1000 lebih cenderawasih dikirim ke Eropa. Di antara 1908-1912, pemerintah
Nederlands India atau Hindia Belanda membuka Posthouder di Pulau Debi dengan
ditempatkanya tuan P Windhouwer, karena waktu itu Neiuw-Guinea bagian
utara di bawah kekuasaan Residen Ternate dengan asisten Residennya berkedudukan
di Manokwari.
Pemerintahan awal di Jayapura dimulai saat
diterbitkan Besluit atau Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda No. 4
tanggal 28 Agustus 1909. Surat Keputusan ini berisi tentang
diperbantukannya satu detasemen militer kepada Asisten Residen Noord
Nieuw-Guinea di Manokwari.
Sebagai tindak lanjut Surat Keputusan tersebut,
pada 28 September 1909, Kapal Perang Hr. Ms EDI masuk Teluk Imbi dan
mendaratkan penumpangnya di muara Kali Anafree. Sebuah detasemen militer di
bawah pimpinan Kapten Infanteri FJP Sachse yang terdiri dari empat perwira, 80
tentara, 60 pemikul barang, beberapa pembantu dan isteri-isteri para angkatan
bersenjata sebanyak 290 orang. Setelah mendarat, mereka segera menebang
pohon-pohon kelapa untuk mebangun bivak. Pohon-pohon kelapa yang ditebang
diganti rugi kepada pemiliknya sebatang dihargai 40 ringgit (atau 40*f 2,50 = f
100/seratus gulden/rupiah).
FJP Sachse menamakan teluk yang melengkung ini
Hol (lengkung), dan land (tanah). Jadi, Hollandia artinya tanah yang melengkung
atau tanah, tempat yang berteluk. FJP Sachse melihat geografi kota Jayapura
yang hampir sama dengan garis pantai utara negeri Belanda, memberi nama yang
sama dengan Hollandia di Belanda.
Nama yang baru diberikan itu diproklamirkan
Kapten KNIL FJP Sachse pada 7 Maret 1910. Dengan diresmikannya nama ini dan
dimulainya pembangunan perumahan dan tempat kerja, pos di Pulau Debi
ditutup dan dipindahkan ke Hollandia.
Pindahnya aktivitas ke Hollandia tidak membuat
pulau Debi sepi. Pada 1913, Pendeta FJ van Hasselt membuka gereja dengan
sekolah di Pulau Debi. Pembukaan sekolah ini menjadi salah satu gerakan penyebaran
misionaris yang semakin jauh ke Tanah Tabi.
Di masa Perang Dunia II, Jayapura menjadi tempat
strategis bagi Amerika dalam melancarkan strategi lompat katak dalam melawan
Jepang. Saat itu, Abepura menjadi pusat rumah sakit terbesar di Pasifik. Kini beberapa
rumah kinstreng (rumah bundar) yang tersisa masih bisa kita lihat dekat Jalan
Sekolah, atau dekat Jalan Baru, pasar lama dan di kompleks militer Jayapura.
Selain bagunan tersebut, beberapa tempat masih
menggunakan nama yang diberikan saat Perang Dunia II, seperti Base-G (Basis
Militer koordinat G), Army Post Office (APO), DOK II sampai DOK XVIII.
Usai perang, Residen JP Van Eechoud membuka
sekolah Bestuur di Makanwai. Di sana, ia menganjurkan dan meminta Sugoro
Admoprasojo sebagai Direktur Sekolah Bestuur untuk mempersiapkan orang Papua
menduduki jabatan dalam pemerintahan. Selain Sekolah Bestuur, di Kampung
Harapan juga di bangun sekolah Pertanian. Di tahun 1944-1946, dataran Makanwai
(Kampung Harapan) diganti namanya menjadi Kota NICA dan menjadi Ibu kota
Keresidenan Nieuw-Guinea. Kemudian pada Maret 1946-1951, Kota NICA dipindahkan
ke Hollandia Binen, di bekas kompleks Rumah Sakit Armada ke-VII. Hollandia
Binen kemudian menjadi Kota Baru.
Nama Kota Jayapura, jaya (menang) dan pura (kota)
sekarang ini, terus berganti, dari Hollandia, yang berarti daerah
berbukit-bukit dan berteluk di masa pemerintahan Belanda dan sebagai ibu kota
"Dutch New Guinea." Setelah Indonesia masuk pada 1 Mei 1963, sejak
saat itu nama "Hollandia" menjadi "Sukarnopura" (1969-1975),
dan akhirnya "Jayapura." (Oleh : Andy Tagihuma)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kawan, Tinggalkan ko pu Komentar Disini.....