Kamis, 29 September 2011

MAXIMUS KOBOGAU – Mengajar Selama 12 Tahun Tanpa Honor

aximus Kobogau yang kerapkali dipanggil Bapa Max ada guru SD YPPK TLLEMANS BILAE kabupaten Intan Jaya. Bapa Max diberi tugas oleh Pater Marten Kuayo saat beliau masih menjadi pastor Dekenat Moni Puncak Jaya karena saat itu tenaga guru di SD YPPK BILAE hanya ada lima (5) guru dan pater menyuruh Bapak Max untuk mengajar meskipun Bapak Max hanya berijazah SD. Pada tahun 1999 Bapa Max diberi tugas oleh Pater Mathen untuk mengajar di SD tersebut dengan perjajian honor Rp.300.000/perbulan. Pada saat itu dua bulan pertama gajinya dibayar sesuai dengan perjanjia anatara pater dan Bapak Max.M
Memasuki bulan ketiga dan seterusnya honor untuk bapak Max sudah tidak diperhatikan lagi. Meskipun demikian, dengan keterbatasan pendidikan yang ia miliki ia tetap menjalankan tugas yang diberikan oleh pater untuk mengajar. Bapak Max mengajar dengan pengetatahuan yang sangat terbatas karena ia hanya menghandalkan pengetahuan yang pernah ia peroleh sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Bapak Max mengajar menghandalkan pentehuannya yang pernah diperoleh sejak SD.
Tanpa mengenal lelah dan bosan bapak Max terus dan terus mengajar dengan segalah keterbatasan pengetahuan yang ia miliki untuk mendidik anak didikannya. Walaupun demiakian Bapak yang berusia 52 Tahun ini selalu dan setia pada tugasnya yakni sebagai pendidik. Saat penulis bertanya tentang proses KBM (Kegiatan belajar Mengajar) di SD YPPK ini, beliau menceriterakan semua yang terjadi selama beliau jadi guru. Dengan sangat sedih saya mendengarnya.
Meskipun berbagai kesibukkan menghalang beliua namun, beliau tetap dengan setia menjalankan tugas sebagai tanggung jawab yang diberikan oleh Pastor kepadanya. Yang lebih sedih lagi adalah “beliau mengajar kelas I-III dengan keterbatasan pengetahuan yang beliau miliki, disamping itu beliau juga sedang memperdalam pengetahuan dengan mengikuti program paket C. Beliau sekolah paket untuk mendapatkan ijazah SMP. Pagi hari beliau mengajar murid-murid kesayangannya. Kemudian pada siang hari sekitar pukul 12.00 WIT-14.00 WIT beliau lanjut dengan belajar di sekolah paket. Sayangnya sekolah paket itu pun tanaga pengajarnya hanya satu dua saja yang mengajar. Dengan segalah keterbatasan yang ada beliau tetap mengajar.
Sebagai akhir beliau katakan bahwa meskipun saya tidak mendapat honor tetapi saya selalu setia pada tugas saya sebagai guru seperti yang pernah pater tugaskan pada saya. Meskipun saya tidak memiliki banyak pengetahuan tetapi dengan segalah keterbatasan dalam hal pegetahuan yang saya miliki saya selalu berusaha untuk mengajar. Karena saya sangat prihatin dengan masa depan murid-murid saya. Beliau juga mengatakan bahwa meski saya diberi tugas oleh pastor lalu karena tidak bayar honor saya dan saya tidak mengajar berarti itu dosa, dan juga beliau mengatakan juga bahwa bila saya tidak membagikan apa yang saya tahu dan miliki kepada murid-murid saya agar mereka tahu itu juga sama saja dengan saya berbuat dosa, katanya. Karena sekarang Intan Jaya sudah menjadi kabupaten sendiri maka guru-guru bisa ditamabah karena anak-anak sangat mebutuhkan pendidikan, dan juga beliau berharap supaya nasib para guru bisa dperhatiakan dengan baik oleh pemerintah kabupaten Intan Jaya.

Arnold Belau)*