Karel Kobogau dan Thobias Bagubau, Foto : Arnold Belau |
Jayapura --- Lembaga Pengembangan Masyarakat Adat Suku Wolani, Mee dan Moni (LPMA SWAMEMO) meminta Polri segera memecat anggota Brimob yang melakukan penembakan terhadap lima warga sipil di arel penambangan liar di Degeuwo, Paniai, Papua.
Hal ini ditegaskan ketua LPMA SWAMEMO, Thobias Bagubau saat menggelar jumpa pers di Café Prima Garden, Selasa (22/5) siang kemarin di Abepura, Jayapura, Papua.
Thobias mengatakan, Degeuwo bukan daerah yang memerlukan pengamanan ekstra ketat, sehingga harus dilakukan penjagaan oleh aparat dengan menurunkan Brimob Polda Papua.
“Aparat di Degeuwo bukan untuk mengamankan, tetapi untuk membunuh dan menyiksa masyarakat sipil disana, juga untuk melindungi para pencuri sumber daya alam yang secara liar mencuri dan merampok kekayaan alam yang ada disana,” kata Thobias.
Thobias juga mengatakan, dirinya bersama masyarakat Degeuwo mendukung aksi mahasiswa Papua yang dilangsungkan di Mabes Polri, Jakarta Pusat, untuk menyikapi penembakan terhadap lima warga sipil yang dilakukan oleh aparat Brimob di Degeuwo.
Sementara itu, sekertaris umum Komunitas Mahasiswa Independen Somatua Intan Jaya (KOMISI), Karel Kobogau mengatakan, sangat kecewa atas perbuatan tidak manusiawi yang dilakukan oleh aparat kepolisian tehadap warga sipil dengan cara menembak lima warga yang tak bersalah.
“Kami mendesak kepada pemerintah Provinsi Papua dan dinas-dinas terkait untuk mencari solusi yang baik agar masalah-masalah ini tidak terjadi lagi,” tambah Karel.
Dengan demikian, menurut Karel, salah satu solusi yang terbaik adalah menutup pertambangan liar yang selama ini beropersasi disana.
“Karena semua perusahaan yang selama ini beroperasi disana tidak memiliki ijin resmi dari institusi pemerintahan maupun masyarakat pemilik hak ulayat setempat,” tegas Karel.
Menurut Karel, KOMISI mendukung upaya yang dilakukan LPMA SWAMEMO dalam rangka menjaga dan melindungi alam dan masyarakat Papua, secara khusus di sepanjang kali Degeuwo. (Arnold Belau)
Hal ini ditegaskan ketua LPMA SWAMEMO, Thobias Bagubau saat menggelar jumpa pers di Café Prima Garden, Selasa (22/5) siang kemarin di Abepura, Jayapura, Papua.
Thobias mengatakan, Degeuwo bukan daerah yang memerlukan pengamanan ekstra ketat, sehingga harus dilakukan penjagaan oleh aparat dengan menurunkan Brimob Polda Papua.
“Aparat di Degeuwo bukan untuk mengamankan, tetapi untuk membunuh dan menyiksa masyarakat sipil disana, juga untuk melindungi para pencuri sumber daya alam yang secara liar mencuri dan merampok kekayaan alam yang ada disana,” kata Thobias.
Thobias juga mengatakan, dirinya bersama masyarakat Degeuwo mendukung aksi mahasiswa Papua yang dilangsungkan di Mabes Polri, Jakarta Pusat, untuk menyikapi penembakan terhadap lima warga sipil yang dilakukan oleh aparat Brimob di Degeuwo.
Sementara itu, sekertaris umum Komunitas Mahasiswa Independen Somatua Intan Jaya (KOMISI), Karel Kobogau mengatakan, sangat kecewa atas perbuatan tidak manusiawi yang dilakukan oleh aparat kepolisian tehadap warga sipil dengan cara menembak lima warga yang tak bersalah.
“Kami mendesak kepada pemerintah Provinsi Papua dan dinas-dinas terkait untuk mencari solusi yang baik agar masalah-masalah ini tidak terjadi lagi,” tambah Karel.
Dengan demikian, menurut Karel, salah satu solusi yang terbaik adalah menutup pertambangan liar yang selama ini beropersasi disana.
“Karena semua perusahaan yang selama ini beroperasi disana tidak memiliki ijin resmi dari institusi pemerintahan maupun masyarakat pemilik hak ulayat setempat,” tegas Karel.
Menurut Karel, KOMISI mendukung upaya yang dilakukan LPMA SWAMEMO dalam rangka menjaga dan melindungi alam dan masyarakat Papua, secara khusus di sepanjang kali Degeuwo. (Arnold Belau)